Sangata – Hari kedua pelaksanaan dikat KTI diwarnai dengan libur nasional sesuai keppres no 3 Tahun 2017. Namun tidak bagi guru SMP dan SMA Kutim, mereka tetap semangat mengikuti pelatihan penulisan karya tulis ilmiah yang diadakan oleh team dari kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur, Rabu (15/2/2017).
Hampir semua guru merasa kesulitan dalam hal menulis begitu juga guru bahasa Indonesia. Oleh karena itu Dr. Casmudi, S.Pd, M.M dosen Universitas Balikpapan memberi materi tentang tatacara penulisan KTI sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat.
Menulis itu sulit , begitu keluh sebagian guru di Sangatta Kutim ini baik yang di kota yang notabene fasilitas tersedia apalagi bagi guru yang berada di pelosok. Ini disebabkan kurangnya wawasan akan hal tersebut sehingga membuat sebuah karya tulis menjadi terhambat.
Penulisan KTI kali ini fokus kepada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mana Karya Tulis ini mempunyai nilai yg tinggi atau angka kredit untuk kenaikan pangkat mulai dari pangkat IIIb ke jenjang lebih tinggi lagi bagi PNS. Namun tidak menutup manfaat bagi guru swasta atau yayasan untuk menyusun PTK ini sebagai bekal menjadi Guru berprestasi (Gupres).
Hari pertama pelatihan ini diisi oleh Drs. Imam Budi Utomo, M. Hum pemateri gambaran umum tentang KTI sekaligus dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kutai Timur yang diwakili oleh Susilo M.Si bidang PMPTK, Rabu (14/2/2017). Pelatihan yang akan berlangsung selama 4 hari mulai tanggal 14- 17 Februari 2017 akan diisi dengan materi hingga terwujudnya sebuah karya tulis yang siap diterapkan di sekolah dan digunakan sebagaimana mestinya.
Kesalahan yang sangat fatal dalam setiap penulisan KTI adalah copy paste kutipan yang akan dinilai sebagai plagiatisme terhadap karya orang lain, sedangkan laiknya sebuah penelitian itu harus riil. Artinya sesuai situasi dan kondisi yang dialami oleh guru yang bersangkutan. Sumber-sumber rujukan, sistematika yang tidak sesuai juga bisa tak bernilai karya tulis tersebut. Jelas Imam Budi Utomo.
“Kenaikan pangkat menjadi momok bagi guru dikarenakan aturan yang sulit sehingga banyak guru yang enggan mengajukannya. Ada yang puluhan tahun tak pernah lagi naik pangkat terkait aturan tersebut. Penelitian ini sejatinya sudah diterapkan dan dilaksanakan oleh bapak/ibu guru di sekolah namun untuk menuliskannya sangat sulit untuk memulainya” Ujar Siti Yuliana, salah seorang peserta.
Para pakar dari kantor bahasa siap memberi bimbingan untuk guru Kutim dalam hal penulisan KTI hingga mempublikasikannya melalui jurnal-jurnal yang telah disediakan. “Pelatihan Ini sangat memotivasi para guru karena karya yang dihasilkan itu akan bernilai ibadah dan amal jariyah dunia dan akhirat” kesan dari seorang guru dari SMAN I Teluk Pandan yaitu ibu Siti Yulianah M.Pd di hari kedua pelatihan ini.
Citizen journalism Anik Hariati
0 comments