banyumilitravel.co.id – Minggu 5 Januari 2017 pukul 15.00 Wita digelar kesenian tradisi tari suku dayak bertempat di Lamin Desa Miau baru Kongbeng. Suku Dayak disini lebih mengenal dan menyebut Lamin sebagai Serapu yaitu semacam Balai adat yang digunakan untuk berbagai pertemuan seperti musyawarah, sidang ataupun pagelaran kesenian seperti yang dilaksanakan saat ini.
Pada kesempatan kali ini hanya satu sanggar yang tampil dengan menamilkan tiga judul tari yaitu tarian natal, pesta panen dan Luhud. Tari Natal menceritakan muda-mudi yang sedang merayakan hari Natal yaitu hari kelahiran Kristus sedangkan Tari Pesta Panen bercerita tentang kegembiraan 5 sahabat yang membantu orangtuanya memanen padi sembari bermain dan bersuka cita. Tarian diiringi musik secara langsung oleh 5 orang pemain musik tradisional dayak, 3 orang memainkan sampek, 2 orang lagi memegang Jatung Utang dan gitar kecil (semacam mandolin). Jatung Utang adalah alat musik tradisional suku Dayak mirip dengan kulintang yang cara memainkannya yaitu dengan dipukul. Sedangkan sampek cara memainkannya yaitu seperti cara memainkan gitar yaitu dengan cara memetik senar pada badan sampek.
Lamin atau Serapuh disini terlihat berdiri sangat kokoh dengan pondasi bangunan keseluruhan dari kayu pohon ulin. Seluruh dinding Lamin dilukis dengan ornamen suku Dayak dan ada beberapa patung pahat yang sengaja ditaruh di dalam Lamin. Di dalam bagian utama gedung terdapat bangku-bangku panjang yang digunakan untuk para tamu yang akan mengikuti musyawarah maupun penonton yang akan menyaksikan pagelaran seni. Selain terdapat pilar-pilar ukir penyanggah bangunan terdapat juga patung burung enggang tergantung tepat ditengah-tengah bagian utama.
Penari tampil adalah penari dari Sanggar Tari Pelangi Kongbeng, asuhan Miftahul Huda, Sn. Gerak tari yang diperagakan lima orang penari yaitu Vaty zaniah, Sri Yuniarti, Diana Juniati, Depia Barty dan Widia Hasanah. Tarian ditampilkan begitu apik dan dinamis bernuansa modern tetapi tetap dengan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya tradisional suku dayak itu sendiri.
Budaya modern tidak bisa dipungkiri sudah amat dasyat masuk dan memberi pengaruh pada kehidupan berbudaya di nusantara. Akan tetapi sebagai bangsa beradab dan berbudaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur peninggalan kesenian nenek moyang, wajib untuk menyaring dan mengambil pengaruh positif tersebut yang sesuai dengan budaya tanah air. Budaya modern yang masuk tidak boleh ditelan mentah-mentah supaya tidak merusak khasanah budaya sendiri. Seperti yang dilakukan oleh penari dari Sanggar Pelangi Kongbeng beserta pelatih dan pengelolanya. Mengemas musik pengiring dan gerakan tarian dengan kombinasi gerak modern dan tradisional menjadi satu sajian apik yang terkesan tidak monoton.
Kegiatan pagelaran kesenian ini dilaksanakan setiap minggu jam 15.00 Wita hingga selesai. Dibuka untuk siapa saja yang ingin menyaksikan. Menurut Amai pemimpin dari kegiatan ini, terkadang wisatawan asing yang sedang mengunjungi tempat-tempat wisata Kongbeng (hutan lindung wehea, sungai seleq, goa kongbeng) menyempatkan diri untuk mampir ke Lamin menyaksikan kegiatan ini. Bagi Sanggar Tari di Kongbeng dan sekitarnya yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan mingguan ini dipersilahkan untuk menghubungi pengelola Lamin.
Citizen journalism Setyati
0 comments