banyumilitravel.co.id – Seorang murid akan senang dan bangga bila mendapatkan juara pada kegiatan lomba yang diikutinya. Entah itu lomba yang sifatnya berskala kelas, sekolah, kecamatan, kabupaten, dan lebih-lebih lomba tersebut berskala nasional atau lebih tinggi levelnya. Untuk itu, berilah apresiasi atas hasil lomba yang telah diraih oleh murid tersebut dengan memberikan piala, buku, pulpen, permen, dan bahkan walaupun hanya sekedar mengucapkan “selamat” atas prestasi yang telah diraihnya.
Begitu pula dengan guru yang membimbingnya, ada perasaan bangga yang ada di dalam hati guru bila murid yang dibimbingnya menang lomba, ternyata kegiatan yang dilakukan guru selama ini tidak sia-sia dalam membimbing murid. Meskipun ukuran sukses tidaknya dalam membimbing lomba anak, tidak hanya diukur dari apakah murid tersebut mendapatkan juara atau tidaknya pada lomba yang diikutinya.
Kesuksesan dalam membimbing anak mengikuti perlombaan adalah bagaimana guru bisa meyakinkan dan menginternalisasikan nilai dari sebuah semangat pada murid-muridnya, bahwa ketika kegagalan demi kegagalan itu terjadi bisa bangkit untuk meraih ke kesuksesan di hari berikutnya. Inilah yang dinamakan sukses dan juara yang sesungguhnya.
Bagi saya, indikator sukses tidaknya seorang guru membimbing muridnya dalam mengikuti perlombaan adalah seberapa penting atau seberapa besar anak itu bisa mengambil hikmah, dan mengambil pelajaran dari proses belajar yang telah dilakukannya.
Berkali kali saya membimbing murid mengikuti perlombaan dan berkali-kali pula murid saya gagal. Meskipun gagal mendapatkan juara pada kali pertama mengikuti perlombaan, ternyata di tahun berikutnya ketika mengikuti lomba yang sama murid saya juga mendapatkan juara.
Pernah juga saya membimbing murid untuk mengikuti perlombaan dan ternyata murid saya mendapatkan juara tiga tingkat kabupaten. Saya melihat betapa bangga dan senangnya murid saya mendapatkan juara tiga, padahal jumlah peserta lomba hanya tiga orang. Ternyata seorang murid tidak melihat berapa jumlah peserta lomba yang mengikutinya dan setinggi apapun level lombanya, tetapi murid saya melihat bagaimana mereka berusaha untuk mendapatkan juara meskipun berkali-kali kalah dalam lomba yang sama.
Sebagai guru, saya adalah seorang juara, seorang guru yang mampu membangkitkan semangat para muridnya ketika muridnya gagal. Begitu juga dengan murid saya, mereka adalah murid juara, murid petarung. Meskioun berkali-akali gagal dalam mengikuti lomba, namun tidak pernah kecil hati, selalu berinstropeksi diri untuk sukses dan berjiwa juara.
Seorang juara bukan berarti seseorang yang selalu menang dalam sebuah pertandingan, bukan seseorang yang selalu unggul dalam sebuah pertarungan, dan juga bukan seseorang yang selalu juara dalam setiap perlombaan. Tetapi seorang juara adalah seseorang yang berani maju kembali dan berani bertarung ketika dia pernah gagal dan
bangkit.
Sangatta, 5 Februari 2017
Gabung dan dapatkan inspirasi kehidupan di
0 comments