Sangatta – Kemenag Kutim, melalui Seksi Bimas Islam yang bekerja sama Kelompok Kerja Kepala KUA dan Penghulu (Pokjahulu) Kutim adakan rapat koordinasi. Kegiatan yang digelar selama dua hari 19-20 Februari 2017 itu dipusatkan di Hotel Mesfa Mulia, Sangatta.
Kegiatan yang dibuka Kepala Kemenag Kutai Timur, Drs H Ambotang diikuti oleh seluruh Kepala KUA dan Penghulu se Kutim. Tujuan diadakannya rakor ini adalah melakukan pembahasan-pembahasan masalah yang sedang menghangat di tengah masyarakat, sebagaimana yang dipaparkan oleh seluruh Kepala KUA yang hadir.
Salah satu kepala KUA yang hadir dari Batu Ampar, Tahir mengungkapkan pengabdian dan suka duka yang harus dihadapi oleh seorang kepala KUA ketika berada di tengah-tengah masyarakat.
“KUA siap mengabdi di tengah masyarakat, dengan konsekuensi siap menghadapi tantangan tempat dan fasilitas yang diberikan negara kepada pengabdinya, dengan berbagai macam konsekuensinya” Ujar Tahir, kepala KUA yang dikenal suka guyon ini.
Bahkan layaknya seorang orator, Tahir menegaskan sebuah statement menarik “atas nama agama kukan siap mengabdi”. Sontak saja dengan pernyataan yang disertai dengan emosi yang meluap-luap dengan mata yang berkaca-kaca itu, juga menghinggapi mayoritas audiens yang hadir karena menghadapi permasalahan yang sama.
Ditemui di sela-sela kegiatan, Kepala KUA Teluk Pandan, Ahmadi, LC menyampaikan beberapa pokok rekomendasi yang dihasilkan dari rapat koordinasi Pokjahulu. Rata-rata keterbatasan masalah sarana transportasi dan luasnya area yang menjadi tanggung jawab dari masing-masing kepala KUA dan penghulu.
“Keterbatasan sarana transportasi dalam pengabdian, seperti menghadiri acara pernikahan dan acara acara Islami lain adalah permasalahan yang paling dominan di sampaikan oleh para kepala KUA, yang memang tidak dapat dipungkiri, Kutai Timur memiliki letak geografis yang sangat berjauhan antara kecamatan dan antar desanya” Papar Ahmadi, yang juga menjabat sebagai ketua lembaga bahtsul masail NU Kutai Timur.
Hasil rekomendasi dari rapat koordinasi Pokjahulu tersebut adalah program-program keagamaan yg dimotori kemenag, di bantu oleh pemerintah daerah dalam pelaksanaanya. Sungguh Islam akan mudah untuk menjadi penambah wangi ajarannya, sehingga wanginya akan semerbak masuk dalam sistem pemerintahannya, misi agama sebagai rahmat tentu akan sinkron dengan misi tegaknya negara, tak lain untuk kebaikan dan kemaslahatan warganya.
0 comments