PMII Kutai Timur: PMII Harus Tetap Independen dan Menjadi NU Kultural


Adanya statement apakah PMII  menerima untuk kembali menjadi bagian dari Banom NU, akan dicatat oleh sejarah PMII tidak independen. Sementara membiarkan tetap berada di luar, merupakan sikap perlawanan terhadap keluarga besar NU. 

Ketua Cabang PMII Kutai Timur, Suci Nastiti ketika dikonfrontir mengenai statement tesebut "Tidak relevan, cukup PMII menjadi independen, akan tetapi orang tua kami sampai kapanpun tetap NU. Biarlah PMII menjadi NU kultural yang tidak masuk struktur, namun nilai-nilainya adalah nilai NU yang diamalkan".

Hal ini berkaitan dengan hasil Muktamar ke-33 NU, perdebatan soal dikembalikannya PMII sebagai bagian dari struktur atau Badan Otonom NU. Pada rapat Pleno III (melalui perubahan pasal 17 ayat 6) mengeluarkan keputusan bahwa PMII dan Kopri PMII resmi kembali menjadi Badan Otonom NU.

Suci mengatakan, Bukan berharap, tapi wacana NU untuk menjdikan PMII sebagai badan otonom (banom) menjadi polemik tersendiri di tubuh NU. "Karena masih banyak yang belum setuju bila PMII menjadi badan otonom, dan itu akan dijadikan salah satu pembahasan yang ada di kongres," ujarnya.

Lanjut Suci, PMII harus tetap independen karena berbicara PMII hari ini bukan hanya berbicara NU. Di tubuh PMII banyak sahabat-sahabat dari golongan Muhamadiyah. Salafi, Hidayatullah, dan lain-lain, bahkan ada juga yang non muslim di PMII Indonesia Timur.

"Sehingga jika PMII kembali ke tubuh NU, mereka mau lari kmna?" Ucap Suci. Ia menegaskan bahwa PMII adalah organisasi kemahasiswaan dengan ideologinya Aswaja dengan visi keIslaman dan keIndonesiaan, sehingga PMII diharapkan mampu mengkolaborasikan antara keduanya menjadi Islam yang moderat dengan tidak mempermasalahkan organisasi keIslaman selama masih bermanhaj Aswaja.

"Selain itu, jika PMII msuk menjadi banom, akan terkungkung dan tidak bisa bebas bereksplorasi dan terkesan terpetakkan di tubuh NU," tegasnya. (*)

0 comments