Lelono Broto

HARIANKUTUM.COM – Setiap orang punya tempat khusus untuk mengeluarkan ide-ide dan untuk mendapatkan inspirasi kehidupan. Ada tipe orang yang menghabiskan hari-harinya di tempat yang ramai, ada juga orang yang suka menghabiskan waktunya untuk bersemedi di tempat-tempat yang sepi. Inspirasi-inspirasi itu kemudian diwujudkan dalam bentuk tulisan maupun lisan. Bentuk tulisan digunakan bagi orang yang suka menulis, sementara bentuk lisan digunakan bagi orang-orang orasi maupun orang yang berpidato di depan khalayak. Keduanya sama, bermuara pada satu tujuan untuk menunjukkan eksistensinya di depan orang.
Kelompok orang tipe pertama, yaitu orang yang suka mencari inspirasi di tempat-tempat yang ramai, misalkan mengunjungi mall-mall pembelanjaan, tempat-tempat rekreasi, dan semua tempat dimana orang-orang berkumpul. Sementara tipe orang jenis kedua, yaitu orang yang suka mencari inspirasi di tempat-tempat yang sepi. Misalnya berada di kamar berlama-lama, di kamar mandi/WC berjam-jam untuk mendapatkan inspirasi yang ada, dan bahkan Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ketika awal-awal sebelum masa kenabian, juga suka berkhalwat di tempat yang sepi, yaitu gua hiro’.

Bagi saya, apapun dan dimanapun tempatnya bisa menjadi sumber inspirasi. Namun, tempat yang paling sering saya dapatkan inspirasi adalah ketika berada di warung kopi. Di warung kopi inilah kedewasaan saya ditempa dan juga di tempat inilah saya banyak mendapatkan inspirasi untuk bahan-bahan tulisan maupun bahan-bahan orasi. Pendeknya, di warung kopi inilah “lelono broto”, pengembaraan kehidupan saya dimulai.

Bagi saya, warung kopi merupakan tempat spesial bagi orang-orang yang adem pikirannya, suka bergaul dengan sesama, dan tempat yang lebih toleran menerima pendapat orang lain ketika terjadi perbedaan pendapat. Di tempat ini mereka terbiasa menyampaikan keluh-kesah kehidupan, menyampaikan solusi-solusi kehidupan, dan juga menyampaikan bagaimana perbedaan sebuah pendapat itu bisa diketemukan.

Saya banyak belajar dari apa yang dilakukan orang-orang di warung kopi. Di tengah sulitnya kehidupan ekonomi, mereka masih sempat berbagi satu cangkir kopi untuk berdua atau bertiga, mereka masih sempat saling bergantian satu batang rokok secara bersama-sama, dan mereka juga masih sempat menertawakan kehidupan yang serba semu, lantas kemudian mereka jadikan itu sebagai sebuah kenikmatan dunia yang bisa dinikmati.

Namun tidak semua orang suka dengan warung kopi, khususnya ibu-ibu yang mempunyai suami yang gemar di warung kopi. Barangkali para istri ini khawatir kalau-kalau suaminya tergoda akan mbak-mbak yang jaga warung kopi, mereka khawatir pergaulan suaminya tidak sesuai dengan norma dan agama. Bila alasan terakhir ini yang digunakan para istri tidak suka suaminya berlama-lama di warung kopi saya setuju, dan alhamdulillah untungnya saya memiliki istri yang pengertian, sabar, dan sayang suami.

Berawal dari warung kopi inilah sumber inspirasi itu banyak saya dapatkan, dari warung kopi inilah tulisan-tulisan saya mengemuka, dari warung kopi inilah orasi-orasi budaya maupun ceramah ceramah agama saya sampaikan ke khalayak. Harapan saya sederhana, apapun yang saya lakukan, apapun yang saya tulis, dan apapun orasi maupun ceramah saya itu bisa menginspirasi banyak orang,bisa memberikan kebaikan, dan lebih-lebih apa yang saya lakukan sedikitnya memberikan ruang kecil bagi peradaban dunia yang lebih baik. Bila itu terjadi maka “lelono broto” yang saya lakukan saya anggap berhasil, namun bila itu masih belum optimal maka “lelono broto” ini akan terus mengembara sampai entah kapan ….

Sangatta, 18-01-2017

Penulis;  Sismanto HS

Gabung dan dapatkan inspirasi kehidupan di https://telegram.me/peradaban

https://facebook.com/sismantohs

0 comments