Kupas Buku Manajemen Perpustakaan Digital



Judul : Manajemen Perpustakaan Digital
Penulis : Sismanto
Halaman : 140 hlm; 205 mm
Penerbit : Afifa Pustaka
Kota Terbit : Jakarta
Terbit : Mei 2007
ISBN : 98-99-3242-9-2-0
Peresensi : Lutfi Fadila

Sebuah tantangan yang membuat penulis untuk membuat inovasi strategis secara manajerial maupun operasional guna pemberdayaan dan keberpihakan perpustakaan, dan pada gilirannya berdampak pada peningkatan minat dan kegemaran membaca peserta didik, civitas akademika, masyarakat menuju learning society dan learning community yang merupakan ciri masyarakat maju dan beradab.

Beberapa pengalaman mendasar yang membuat Sismanto terinspirasi menulis buku ini. Pertama, buku ini merupakan pengobat luka atas tidak diterimanya “kajian tentang perpustakaan” sebagai tugas akhir dalam penyelesaian tesisnya. Adapun asbâb an-nuzûl dari buku ini tidak lepas dari keinginan penulis untuk mengubah paradigma masyarakat, pemerintah, maupun warga sekolah yang menganggap sebelah mata tentang perpustakaan. Kedua, studi banding yang dilakukannya di salah satu SD ternama di Jawa timur merupakan momen penting bagi penulis untuk menemukan ide dan gagasan besar menjadikan perpustakaan digital Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman (MIJS) berbasis teknologi informasi dengan menggunakan program Apache, MySQL, dan PHP dengan bantuan salah seorang programer yang tak lain adalah temannya SMA dan S1. Dan ketiga, langkanya buku-buku yang membahas tentang perpustakaan sekolah yang berasal dari pengalaman pribadi yang kemudian ditulis dan diberdayakan sehingga memberikan sumbagsih dalam perkembangan perpustakaan.


Hampir semua sekolah mengidamkan menerapkan perpustakaan digital dalam pengelolaan perpustakaannya. Namun demikian tidak semua sekolah mampu meakukannya. Dana yang terbatas dan SDM yang rendah ditengarai sebagai faktor dominan ketidakberdayaan sekolah mengelola perpustakaannya secara proporsional apalagi menggunakan perpustakaan digital. Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital. Layanan ini diharapkan sinformasi seperti dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan akurat.

Dalam buku ini, Sismanto menyebutkan beberapa istilah yang digunakan untuk mengungkapkan konsep perpustakaan digital seperti perpustakan elektronik, perpustakaan maya, perpustakaan hyper, dan perpustakaan tanpa dinding. Pada dasarnya, perpustakaan digital itu sama saja dengan perpustakaan biasa, hanya saja memakai prosedur kerja berbasis komputer dan sumber informasinya digital. Jaringan informasi semacam internet memberikan kesempatan luas untuk mengakses lembaga yang menyediakan informasi. Jaringan ini berfungsi sebagai perpustakaan yang dinamakan perpustakaan tanpa dinding.
Perpustakaan digital itu tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber-sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidaklah terbatas pada dokumen elektronik pengganti bentuk cetak saja, ruang lingkup koleksinya malah sampai pada artefak digital yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak. Koleksi menekankan pada isi informasi, jenisnya dari dokumen tradisional sampai hasil penelusuran. Perpustakaan ini melayani mesin, manajer informasi, dan pemakai informasi. Semuanya ini demi mendukung manajemen koleksi, menyimpan, pelayanan bantuan penelusuran informasi.

Gagasan perpustakaan digital ini diikuti Kantor Kementerian Riset dan Teknologi dengan program Perpustakaan Digital yang diarahkan memberi kemudahan akses dokumentasi data ilmiah dan teknologi dalam bentuk digital secara terpadu dan lebih dinamis. Upaya ini dilaksanakan untuk mendokumentasikan berbagai produk intelektual seperti tesis, disertasi, laporan penelitian, dan juga publikasi kebijakan. Kelompok sasaran program ini adalah unit dokumentasi dan informasi skala kecil yang ada di kalangan institusi pemerintah, dan juga difokuskan pada lembaga pemerintah dan swasta yang mempunyai informasi spesifik seperti kebun raya, kebun binatang, dan museum.

Sayangnya, pertumbuhan perpustakaan digital masih dilakukan dengan trial and error, sehingga timbul kesan pemborosan dan kesia-siaan. Keadaan seperti ini sebenarnya bisa dikurangi sehingga menekan biaya dan waktu yang tidak perlu, antara lain dengan survei dan studi banding yang kuat. Kajian yang jeli pada ketersambungan dan aksesibilitas yang erat kaitannya dengan infrastruktur informasi akan menghindarkan kita dari kerugian karena investasi besar sia-sia.

Lahirnya perpustakaan digital di Indonesia ini disambut baik para pengelola informasi atau pustakawan. Kebanyakan pustakawan terbuka terhadap perubahan teknologi, tetapi juga masih mengingat fungsi tradisional mereka, yaitu membantu orang untuk mencari informasi, baik dalam bentuk digital atau tercetak. Sosialisasi program perpustakaan digital terhadap para anggota jaringan dan para pengguna itu penting. Dalam hal ini, perlu peningkatan kesadaran akan fungsi utama mereka, yaitu memberikan kemudahan akses pengguna terhadap informasi. Untuk mempermudah akses, pustakawan perlu mendorong pengguna perpustakaan digital untuk melek informasi (information literate). Pengguna perpustakaan yang seperti ini adalah mereka yang sadar kapan memerlukan informasi dan mampu menemukan informasi, mengevaluasinya, dan menggunakan informasi yang dibutuhkannya itu secara efektif dan beretika.

Inilah menariknya buku yang ditulis oleh Sismanto. Buku ini ditulis untuk dibaca oleh kalangan umum, dosen, pustakawan, developer perpustakaan digital, dan masyarakat yang membutuhkan gambaran lebih jelas mengenai langkah-langkah manajemen perpustakaan konservatif, dan manajemen perpustakaan digital. Selain mengungkap bagaimana penerapan manajemen perpustakaan digital yang saat ini sedang marak-maraknya, buku ini juga seolah mengajak soliditas perpustakaan dalam membangun jaringan virtual untuk terus memperjuangkan bahwa masyarakat gemar membaca (reading society) merupakan persyaratan dalam mewujudkan masyarakat gemar belajar (learning society) yang merupakan salah satu ciri masyarakat maju dan beradab.

Peresensi adalah anggota FPKM

0 comments