Menghargai Persahabatan

Judul buku : Let’s Talk About…

Penulis : Retnadi Nur’aini, Airin Nisa, Shinta Anita Sari

Tebal : 191 halaman

Penerbit : Halaman Moeka Publishing

Cetakan : Pertama, Februari 2009

ISBN : 978-979-19351-0-4

Melihat cover dan kecerdasan marketing penulisnya sebelum peluncuran buku ini menyita perhatian saya untuk segera memiliki buku “Let’s Talk Abaout Friendship, Married, & Ordinary Miracle”. Bagaimana tidak, awal sebelum merilis peluncuran buku perdananya salah satu penulisnya (Retnadi Nuraini) sudah memberikan rasa penasaran kepada khalayak pembaca akan ada buku yang akan terbit di bulan itu. Demikian pula saya yang sejara jujur saya akui sebagai pengagum setia tulisan-tulisannya.

Meski saya sudah beberapa kali membaca beberapa tulisan yang diposting oleh penulisnya di milis maupun di blog pribadinya, saya merasa tetap saja haus akan tulisan-tulisan penulis untuk saya baca berulang-ulang. Bagi saya, Tidak ada kejenuhan untuk membaca tulisan yang bermutu meski sudah membacanya secara berulang-ulang. Sepertinya tidak ingin melupakan begitu saja rangkaian kata demi kata yang disusunnya menjadi sebuah bacaan yang enak dibaca dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan sederhana.

Buku yang enak dibaca oleh siapapun di tengah kedahagaan saya akan buku-buku bacaan yang bermutu dan layak baca di Sangata. Maklum saja buku ini hanya satu–satunya di sangatta dan kebetulan saya secara langsung mendapatkannya dari salah satu penulisnya. Begitu buku ini selesai saya baca, antrian muncul di beberapa teman dekat saya yang juga mempunyai hobi yang sama dengan saya – hobi membaca buku. Pun demikian dengan teman-teman yang lain saling antri ingin segera membaca buku yang renyah dan bermutu.

Sayangnya, saya melihat ada semacam monopoli dan dominasi tulisan dari salah satu penulis, yang seharusnya diberikan porsi yang sama antara ketiga penulis. Biasanya kesulitan memadukan buku yang ditulis secara bersama-sama akan tampak perbedaan gaya penulisan dari masing-masing penulisnya. Meski demikian, saya tidak melihat perbedaan yang menyolok dari ketiga penulisnya. Barangkali sentuhan sang editor (Catur Sukono) yang tak lain juga suami dari salah satu penulisnya memberikan kesamaan makna dan kelembutan bahasa yang disuguhkan kepada pembaca.

Benar juga kata orang persahabatan tidak akan lekang oleh waktu, apalagi diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dengan menulis buku bmersama-sama diantaranya. Persahabatan yang diawali semenjak masa perkuliahan itu kini menjadi semakin intens saja dengan membicarakan tentang satu sama lainnya. Perbicaraan sehari-hari seorang sahabat yang tidak hanya terbatas pada sesi persahabatan (friendship) semenjak kuliah maupun setelahnya tetapi membicarakan juga tentang pernikahan.

Saya jadi yakin terhadap calon ibu satu ini (Retno), meskipun ada beberapa ketakutan menjadi orang tua tapi janji-janji yang diucapkan untuk anaknya nanti membuat keyakinan pada siapapun yang membaca buku ini bahwa siapapun yang menikah mau tidak mau harus berani menjadi orang tua, menjadi teladan bagi anak-anaknya dan buku ini benar-benar semakin menginspirasi saya dengan memberikan pelajaran-pelajaran penting di bagian akhir buku.

Setelah membaca kata demi kata, paragraf demi paragraf, dan membuka halaman demi halaman yang akhirnya memberikan saya suatu kesimpulan bahwa saya sepakat dengan isi buku persahabtan akan menjadi indah, persahabatan akan banyak memberikan dinamika dan dinamika yang saya dapat dalam buku ini adalah bagaimana menghargai persahabatan. Menghargai persahabatan antar sahabat, persqhabatan antara seorang anak dengan orang tuanya, dan persabahatan antara suami dengan istrinya.

Selamat membaca buku yang bermutu dan dapatkan pelajaran di dalamnya . . . .!

Sangatta, 4 April 2009

0 comments