Bedak Nomor Sebelas

Dalam kamus saya, selama menjadi guru di sekolah dasar belum pernah saya jumpai penampilan anak yang terlalu menyolok, terlalu berlebih-lebihan dalam penampilan mereka. Hal berlebih-lebihan juga diatur dengan tegas dalam agama. Misalnya, seorang bocah Sekolah Dasar (SD) manakala mengikuti persekolahan tidak pernah memakai gincu, pemerah bibir atau memotong semua alisnya kemudian menggantinya dengan alis palsu, tidak pernah!

Secara anak SD yang belum bisa berdandan, khususnya anak-anak kelas kecil, yakni kelas satu sampai dengan kelas tiga. Bagaimana dengan kelas besar, yakni kelas empat dan seterusnya di tingkat sekolah dasar? Kalaupun ada paling-paling cuma menggunakan bedak nomor sebelas, bedak yang digunakan oleh para orang tua di kampung saya dulu.
Keadaan itu sekarang sudah banyak berubah, anak di tingkat sekolah dasar pada umumnya kelas-kelas besar sudah tidak banyak yang menggunakan bedak nomor sebelas, bedak yang pernah saya gunakan dulu. Bedak nomor sebelas itu sekarang tinggal kenangan sudah kembali ke komunitas aslinya, yang digunakan komunitas para ibu manakala melahirkan anak. Disamping menjaga agar kulit tidak cepet keriput juga digunakan untuk luluran, bahkan bedak ini harus digunakan mengingat kebiasaan yang berkembang di kampung saya.
Sementara, anak usia sekolah dasar yang dulu memakai bedak sisa dari orang tua itu kini sudah tidak menggunakan lagi. Anak-anak sudah bisa memperhatikan penampilan mereka, mereka sudah bisa meminta kepada orang tuanya untuk dibelikan bedak yang lebih bermerk manakala hendak berangkat ke sekolah, sudah bisa mengunakan pemerah pipi, dan juga penebal alis mata.
Untuk itu, orang tua perlu memperhatian aspek penampiln anak-anaknya. Bila anak-anak mereka sama sekali tidak mendapat kasih sayang dan belas kasihan dari orang tua. Hal itu dapat menyebabkan mereka berusaha mencari kasih sayang di luar rumah, dengan harapan ada orang yang dapat memberikan kasih sayang kepada mereka.
Hanya dengan memperhatikan aspek penampilan saja, banyak diantara orang tua beranggapan bahwa pendidikan yang baik adalah yang hanya membatasi pada makanan yang bergizi, minuman yang segar, pakaian yang mewah, pelajaran yang berprestasi, dan penampilan yang baik di hadapan manusia. Tidak ada sedikitpun menumbuhkan jiwa keagamaan yang benar dan akhlak yang mulia dari diri anak-anak.
Terlalu bersikap kikir kepada anak juga dapat membatasi kreatifitas anak dalam mengolah rasa dan karsanya menjadi energy positif yang kelak ia kembangkan di masa depan. Namun, sebagian orang tua ada yang teramat kikir kepada anak-anaknya melebihi dari sewajarnya, yang menyebabkan mereka selalu merasa kurang dan butuh. Bahkan, hal itu mendorong mereka untuk mencari harta dengan cara mencuri, meminta-minta kepada orang lain, atau berkomplotan dengan teman-teman yang buruk dan para penjahat pelaku kriminalitas.
Inilah yang ingin saya sampaikan, bahwa contoh kecil membiasakan anak dengan bedak nomor sebelas diduga dapat memberikan kebiasaan pad anak kelak di masa remajanya, dan bahwkan masa dewasanya. Terbiasa mnggunakan bedak nomor sebelas akan mengeliminir kecenderungan anak (terlebih anak perempuan) untuk menggunakan bedak yang bermerk maupun kosmetik lainnya. Sekaranglah waktunya wahai orang tua membiasakan anak menggunakan bedak yang murah meriah, bedak nomor sebelas, bedak yang dulu saya gunakan di masa sekolah dasar, semoga bedak itu tidak lekang oleh jaman dan akan terus digunakan oleh para anak-anak usia sekolah dasar.

Sangata, 17 Nopember 2008

0 comments