Aku Kangen Kalian

Tanggal 18 September 2008 ini liburan anak-anak digulirkan di sekolah saya sesuai dengan kalender pendidikan yang dibuat oleh pihak pengembangan yayasan. Pada masa saya dulu, guru-guru saya tidak mengatakannya sebagai liburan tetapi belajar di rumah. Namun bagi anak didik saya sekarang, belajar di rumah kuranglah dimengerti. Entahlah, apakah bahasa kinayah yang saya gunakan ini tidak terlalu familiar atau memang anak-anak usia sekolah dasar sekarang harus menggunakan bahasa yang konkrit (ma’rifat). Hal ini terbukti dengan SMS yang dikirimkan anak didik saya semalam “Mr. Sismanto, apakah besok anak-anak libur? Tadi Bu Titin memberitahu kami kalu besok belajar di rumah.”

Bagi anak-anak, liburan ini tentu menyenangkan mengingat rutinitas pembelajaran yang membelenggunya. Padahal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak menginginkan demikian, yang diinginkan hanyalah anak belajar untuk memperoleh standar kompetensi belajar yang diinginkan kurikulum. Namun, di sana-sini masih saja saya dapatkan sekolah-sekolah maupun guru mengejar dan berlari-lari untuk menyelesaikan target kurikulum. Tidak mau tahu anak didik kita sudah begitu payah menghadapi kurikulum yang semakin berat bagi mereka. “Semoga saja liburan ini menyengkan nak”.
Namun, tidak demikian bagi guru di sekolah saya yang jam kerjanya disesuaikan dengan jam kerja perusahaan. Meskipun semua anak didik liburan tidak masuk sekolah seperti biasa, para guru tetap saja masuk kerja bila tidak cuti. Bagi guru seperti saya yang tidak cuti tentu akan merasakan jenuh juga manakala tidak bersama anak-anak dalam jangka waktu yang agak lama.

“Anak-anak rasanya baru kemarin kita bersama, namun satu hari tanpa kalian Bapak sangat kangen sekali ingin bertemu lagi dengan kalian. Bapak lebih senang mendengarkan kalian bercerita tentang perkelelahian kalian dengan temen sekelas daripada harus termenung sendiri di kantor guru atau kalian menceritakan tentang PR kalian yang belum kalian kerjakan, Bapak lebih senang. Rasanya baru kemarin, kalian melaporkan tentang kejadian di kelas yang kotor, teman-teman kalian yang saling ejek hanya gara-gara memperebutkan duduk di bangku terdepan.

“anak-anak rasanya baru kemarin kita belajar bersama tentang bagaimana kita mengenal dan memahami itu bisa rangka manusia yang secara garis besar terbagi atas tiga bagian, bagian tengkorak, bagian badan, dan bagian alat gerak”. Beberapa dari kalian ada yang sudah melupakan pembelajaran tersebut. Namun, Bapak tidak marah secara itu bisa dipelajari lagi dan kita bisa belajar bersama lagi. Hari ini Bapak hanya belajar sendiri di ruang guru, hanya ditemani komputer-komputer yang tidak bernyawa dan berjiwa, tidak seperti kalian yang punya jiwa-jiwa pebelajar. Mereka hanyalah alat bantu manusia bukan jiwa pembelajar.

Jika Bapak diminta untuk memilih antara kalian dengan yang lain, Bapak tetap akan memilih kalian. Kalianlah jiwa Bapak dan Bapak akan tetap merindukan kalian, Bapak akan tetap menunggu hari pembelajaran tiba, dan kita akan belajar bersama lagi. Amin (*)

“Jadilah guru diri sendiri, sebelum menjadi guru orang lain”
http://mkpd.wordpress.com
http://sismanto.com

0 comments